HYDERABAD: Memperhatikan bahwa sekularisme mencerminkan “karakter” India, Sekretaris Jenderal Nasional Partai Komunis India Suravaram Sudhakar Reddy hari ini menolak dan menuntut penghilangan kata “sekuler” dari pembukaan Konstitusi yang harus diperjelas oleh Perdana Menteri Narendra Modi masalah. .

“Sekularisme mencerminkan karakter India. Sosialisme mencerminkan tujuan yang ingin dicapai India. Kata sosialis dan sekuler dimasukkan dalam pembukaan tahun 1976. Kata-kata itu tidak boleh dihilangkan. Pemerintah India, BJP, dan NDA harus meninggalkan langkah seperti itu,” kata pemimpin PKI itu dalam jumpa pers di sini siang ini.

Setelah partisi, Pakistan memilih menjadi Republik Islam sementara India tetap menjadi Republik sekuler. Haruskah kata Republik juga dihilangkan dari pembukaan, kata Suravaram.

“RSS menginginkan negara Hindu. Seorang menteri Persatuan mengatakan sudah tiba waktunya untuk pencabutan Pasal 370 Konstitusi (yang memberikan status khusus kepada Jammu dan Kashmir).

Prakash Javadekar berbicara untuk mendukung penghapusan kata sekuler dan sosialis dari mukadimah. Menteri serikat lainnya, Venkaiah Naidu, mengatakan negara itu akan tetap sekuler. Tidak cukup Venkaiah Naidu mengatakan demikian, Perdana Menteri sendiri yang harus menanggapi dan memberikan penjelasan,” kata Sekjen PKI itu.

Suravaram juga menuntut Center mengungkapkan rincian kesepakatan nuklir yang ditandatangani antara India dan AS selama kunjungan Presiden Barack Obama baru-baru ini. “Dalam pernyataan bersama lima halaman yang dirilis setelah pertemuan antara Narendra Modi dan Obama, hanya ada satu paragraf tentang kesepakatan nuklir. Menandatangani kesepakatan tanpa diskusi di Parlemen hanya menyesatkan bangsa,” klaimnya.

Dia menunjukkan bahwa tidak ada satu pun unit tenaga nuklir yang diproduksi di India, meskipun perjanjian nuklir sipil ditandatangani pada tahun 2008 antara India dan AS.

“Tidak ada satu pun pembangkit listrik tenaga nuklir yang didirikan di AS dalam beberapa tahun terakhir karena mereka menggunakan gas untuk pembangkit listrik. AS hanya mencoba mendorong teknologi dan mesin nuklir yang sudah ketinggalan zaman di India,” tambahnya.

Suravaram berbicara tentang divestasi saham publik di Coal India Limited dan menuduh pemerintah NDA melanjutkan kebijakan pemerintah UPA hanya untuk membantu pemain swasta.

“Ketika pemerintah UPA-1 mencoba menjual saham publik di BHEL pada 2006-07, kami menentangnya dan langkah itu terhenti selama enam bulan. Selama periode itu, nilai saham BHEL naik tiga kali lipat. Disinvestasi hanya akan membantu investor swasta,” ujarnya. .

“Hanya Adani dan Ambani yang mendapatkan Rs 1 lakh crore sejak Modi menjadi PM. Pemerintah NDA belum siap memungut pajak atas keuntungan tak terduga,” klaim Suravaram.

uni togel