Pemerintah nampaknya telah mengikat diri karena tidak ada konsensus dalam lembaga tersebut mengenai bagaimana melakukan amandemen terhadap rancangan resolusi terhadap Sri Lanka yang disponsori AS.

Menteri Keuangan P Chidambaram mengatakan sebelumnya pada Rabu pagi bahwa India berkomitmen untuk melakukan amandemen terhadap teks resolusi tersebut sehingga menjadi teks yang lebih kuat daripada rancangan keempat dan terbaru yang diajukan oleh AS pada hari Senin. Posisi India adalah agar UNHRC mengadopsi resolusi yang kuat yang akan mengirimkan pesan pasti ke Sri Lanka dan mendorongnya untuk menerima penyelidikan yang independen dan kredibel, tambahnya.

Perdana Menteri Manmohan Singh mengadakan pertemuan di ruang parlemen pada siang hari, yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Salman Khurshid, Penasihat Keamanan Nasional Shiv Shankar Menon, Menteri Luar Negeri Ranjan Mathai dan Wakil Tetap India untuk PBB. Jenewa, Dilip Sinha, dihadiri .

Khurshid menegaskan bahwa kata “genosida” untuk menggambarkan kejahatan perang di Lanka tidak dapat menjadi bagian dari usulan amandemen apa pun. “Kami berhipotesis dan berspekulasi. Tapi, kalau tidak ingin orang lain berprasangka buruk, ya tidak bisa juga,” ujarnya. Selain itu, “setiap orang harus ikut serta… Tidak ada negara yang dapat menerima apa yang dikatakannya akan dilakukan,” tambah Khurshid.

Menurut sumber resmi, secara prosedural India mempunyai dua pilihan untuk melakukan amandemen – bernegosiasi dengan Amerika Serikat dan negara-negara sponsor lainnya atau mengajukan resolusinya sendiri. Dari 47 anggota UNHRC, 31 anggota ikut mensponsori rancangan resolusi tersebut – yang dalam bentuk akhirnya membuang beberapa unsur bahasa yang keras.

Karena Presiden Kongres Sonia Gandhi hanya menyebutkan tuntutan untuk melakukan penyelidikan yang ‘independen dan kredibel’ dalam pidatonya di depan Partai Parlemen Kongres, maka sangat kecil kemungkinannya bahwa India sekarang akan mendorong penerapan fraseologi penyelidikan internasional.

Isu lainnya adalah penghapusan kata “akses tidak terbatas” bagi pemegang mandat prosedur khusus PBB ke Sri Lanka. Pernyataan itu diganti dengan kata-kata yang mengatakan bahwa para pejabat PBB hanya dapat melakukan perjalanan ke Lanka, setelah Kolombo menyampaikan undangan. Menurut para pengamat, mengubah cara Lanka berinteraksi dengan para pejabat PBB mungkin bisa menjadi peluang bagi India untuk melakukan perubahan.

“Ini adalah negosiasi yang sangat rumit. Jika kami menginginkan bantuan dari AS atau negara lain, tentu saja itu akan melibatkan quid pro quo,” kata sumber resmi tersebut.

demo slot pragmatic