NEW DELHI: Di tengah kontroversi yang marak mengenai agenda Hindutva Sangh Parivar, Wakil Presiden Hamid Ansari hari ini memperingatkan agar tidak menggabungkan keyakinan dan sejarah serta menyebarkan identitas nasional yang “homogen” ketika terdapat lebih dari 4.600 komunitas di negara tersebut.

Wapres mengatakan gagasan bangsa yang homogen merupakan sebuah permasalahan.

“4.635 komunitas kami, menurut Survei Antropologi India, merupakan pengingat singkat akan kehati-hatian yang perlu dilakukan saat membangun profil identitas nasional,” kata Ansari saat meresmikan sesi ke-75 Kongres Sejarah India.

“Kondisi global di zaman modern penuh dengan kompleksitas dan ketegangan yang disebut dengan pertanyaan nasional. Kita hidup di dunia negara-bangsa, namun gagasan tentang negara-bangsa yang homogen jelas bermasalah. Keberagaman dapat diidentifikasi. bahkan di masyarakat yang paling homogen saat ini,” katanya.

Sebagai peringatan terhadap pembangunan identitas nasional yang “telah menimbulkan kesedihan” di masyarakat lain, Ansari mengatakan struktur pluralistik di India yang telah teruji selama lebih dari enam dekade memerlukan “pemeliharaan yang berkelanjutan”.

Menyoroti relevansi praktis sejarah, Ansari mengatakan belajar dari kesalahan masa lalu akan membantu.

Ia menyatakan bahwa sejarah juga tidak bisa “berbasis keyakinan”.

“Domain keduanya ada secara terpisah dan penggabungan tidak menjadi penyebab kedua hal tersebut.”

Ansari mengatakan, “Sejarah membantu kita untuk mengetahui dan belajar dari kesalahan masa lalu. Kesalahan-kesalahan tersebut berkaitan dengan penyimpangan dalam penilaian yang berujung pada kesalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pemerintahan.

Hal ini, sebagaimana diungkapkan oleh seorang sejarawan, mungkin disebabkan oleh tirani atau penindasan, ambisi yang berlebihan, ketidakmampuan atau dekadensi, dan

kebodohan atau kesesatan.”

Sesi Kongres Sejarah India diadakan untuk pertama kalinya di kampus Universitas Jawaharlal Nehru. Ansari berkata, “Tidak lagi menjadi perdebatan bahwa sejarah harus lebih dari sekadar politik atau ekonomi. Yang penting adalah menjadikannya komprehensif dan inklusif terhadap kelompok-kelompok terabaikan dalam masyarakat.”

Ia juga menyampaikan harapannya ke depan akan dirumuskan pendekatan serupa dengan kebijakan Look East untuk kawasan di sisi barat negara yang berbatasan dengan Laut Arab, Teluk Persia, Laut Merah, dan kawasan Afrika Timur. .

Tidak banyak penelitian sejarah yang dilakukan di wilayah tertentu lainnya, kata wakil presiden.

“Situasi para ahli sejarah mengenai Afganistan dan republik-republik Asia Tengah juga tidak lebih baik. Karya-karya yang ada dan patut disebutkan berkaitan dengan periode sebelum tahun 1947. Masing-masing masyarakat ini relevan bagi kita dalam hal ekonomi, strategis dan sosial. … masing-masing membutuhkan perhatian ilmiah yang jauh lebih besar,” kata wakil presiden.

Data SDY