Kesal dengan sistem dua kelas yang “inkonstitusional” yang lazim di banyak tempat suci Hindu, seorang pejabat Kongres mendesak wakil presiden partai Rahul Gandhi dan pemerintah untuk mengatasi masalah ini.

“Mengapa mereka yang disebut VIP memerlukan perlakuan khusus di tempat suci spiritual,” tanya Pradeep Kumar Kunche, koordinator sayap Suku Terjadwal di Kongres. “Seperti halnya semua agama, semua orang adalah setara dan Konstitusi India memberikan hak atas kesetaraan,” katanya.

Selain menulis surat kepada Rahul Gandhi, Kunche mengatakan kepada IANS bahwa dia berbagi pandangannya dengan pengurus Kongres lainnya dan beberapa kementerian pusat.

Menurut Kunche, seorang insinyur mesin yang sudah mendapat pelatihan, “sudah saatnya perwakilan terpilih dan pemerintah menyadari bahwa masyarakat terbagi menjadi dua kelas masyarakat – elit dan masyarakat biasa.”

Praktek seperti itu melanggar semangat demokrasi India dan akan memberikan pesan yang salah kepada generasi muda, menurut Kunche.

“Negara demokratis, dimana pemerintahannya berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, tidak dapat mencegah diskriminasi yang besar, ketidakadilan yang besar dan korupsi tidak langsung yang tampaknya mendapat dukungan dari orang-orang yang membuat undang-undang dan memastikan bahwa undang-undang tersebut ditegakkan. dilaksanakan sebagaimana diatur dalam konstitusi,” keluhnya.

Kunche lebih lanjut berargumen bahwa masyarakat umum menghadapi penundaan dalam lebih dari satu cara di kuil tersebut.

“Sebagian besar masyarakat awam berasal dari kelompok berpenghasilan rendah atau merupakan pekerja berupah harian atau pekerja sektor yang tidak terorganisir. Bagi mereka, kunjungan ke kuil berarti kehilangan pendapatan beberapa hari selain biaya perjalanan dan makanan.”

“Dalam keadaan seperti ini, ada baiknya darshan secepatnya diselenggarakan untuk masyarakat umum,” ujarnya.

Kunche menyarankan agar perlakuan khusus terhadap tamu VIP dilakukan di tempat suci keagamaan, dengan mengatakan bahwa jumlah kunjungan penting seperti itu harus dibatasi.

“Adalah fakta bahwa satu darshan VIP menyebabkan penundaan setidaknya beberapa ratus rakyat jelata,” ujarnya.

Menyarankan cara mengatasi masalah tersebut, kata dia, yang disebut VIP sebaiknya mengajukan permohonan satu bulan sebelumnya dengan tanggal kunjungan yang diutamakan minimal empat tanggal, sehingga kuota VIP bisa dibagi berdasarkan jumlah pengunjung pada hari tersebut. berdasarkan siapa yang datang lebih dulu dilayani.

“Ini pasti akan membawa keadilan bagi masyarakat umum yang mengunjungi tempat suci dengan penuh harapan dan aspirasi,” tambah Kunche.

Ilmuwan sosial terkemuka Dipankar Gupta mengatakan ini adalah “krisis yang sedang berlangsung dalam agama Hindu”.

“Agama Hindu selalu memisahkan yang kaya dan yang berkuasa… sistem seperti itu ada,” kata Gupta kepada IANS.

(Amit Agnihotri dapat dihubungi di [email protected])

sbobet